Rabu, 13 April 2011

Teknologi Alat-Alat Perang Indonesia yang Mulai Bangkit

Panser Buatan Pindad Juara di Asia Tenggara
MEMASUKI komplek PT Pindad seluas 66 hektar seperti masuk ke pabrik gula jaman Belanda. Arsitektur kantornya kuno. Pintu, kusen, bahkan perangkat air conditioner nya model klasik. Kursi dan meja tamu di ruang direksi misalnya, menggunakan kayu jati dan bambu era 1980-an.
Pindad memang perusahaan yang sangat tua. "Kalau dihitung sejak cikal bakalnya sudah dua abad lebih," ujar Dirut PT Pindad Dr Adik Avianto Sudarsono.Sejarah PT Pindad dimulai pada 1808 dengan didirikannya Artillerie Constructie Wmkel di Surabaya. Pada tahun 1924, pabrik ini digabung menjadi dengan pabrik amunisi ringan dan berat dan juga material eksplosif yang diberi nama Artillery Plant dan dipindahkan ke Bandung.
Pada 1950, pabrik diserahkan dari pemerintah Belanda kepada pemerintah Indonesia yang dikemudian diberi nama resmi Pabrik Senjata Munisi (PSM), di bawah manajemen Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pada 1979 namanya diubah menjadi Perindustrian Angkatan Darat (PINDAD). Pada 29 April 1983, statusnya berubah menjadi perusahaan milik negara yang diberi nama PT Pindad (Persero).
Pembuatan amunisi dimulai pda 1960. Sejarahnya dimulai dengan pengambilalihan Cassava Factory (Pabrik Tepung Ubi Kayu) di Turen, Malang, dari Belanda. Aktivitasnya dimulai dengan memproduksi peluru kaliber 12.7 mm pada tahun 1968, diikuti dengan kaliber 7.62 mm dan kaliber 9 mm pada tahun 1970 serta kaliber 3.56 mm pada tahun 1973.
Sejak tahun 1983, PT Pindad juga telah menambah kemampuannya untuk memproduksi produk-produk nonmiliter seperti rem kereta api, generator, mesin perkakas dan berbagai macam peralatan mekanis dan listrik lainnya. Menurut Adik, kemampuan Pindad telah meningkat jauh sejak dipimpin BJ Habibie di cra 1984. "Sekarang, bahkan Malaysia tertarik untuk membeli panser produksi kila," kata pria yang hobby off road itu.
Di Asia Tenggara, kemampuan membuat panser baru dimiliki Indonesia."Singapura saja belum bisa, negara lain juga membeli dari luar semua. Jadi, kalau ditanya kita nomor berapa saya susah menjawab karena memang belum ada yang jadi pembanding," kata Adik yang masih saudara kandung Budi Sudarsono, Dirut PT Dirgantara Indonesia. Pindad kini sedang bersaing dengan Korea Selatan dan Perancis. Tun dari Malaysia sudah datang untuk melihat langsung bengkel kita dan juga mencoba Anoa," katanya. Rupanya, minat negeri jiran itu terdengar sampai Paris, Perancis. "Renault kurang suka," kata Adik.
Maklum, mesin Anoa memang masih dari Renault. "Mereka bilang, kami bantu Anda mengembangkan di dalam negeri, kenapa Anda jualan di luar," katanya. Untuk mengklarifikasi isu itu. Adik langsung terbang ke Perancis menjelaskan.Bagaimana jika Renault ngambek dan boikot Pindad ? "Saya sudah approach ke Mercy," katanya dengan ekspresi berbisik. Tapi, dengan Mercy, Adik sudah lebih dulu negosiasi. "Saya ngomong dulu di depan, kalau ini bebas lho," katanya.
Pindad, kata Adik, masih mengandalkan peralatan tua. "Kita mengandalkan pesanan pemerintah karena itu tidak bisa seenaknya menaik turunkan harga. Harus sesuai dengan patokan Badan Pusat Statistik dan Departemen Keuangan," katanya.
Dia menyadari, pemerintah masih memprioritaskan program-program kesejahteraan rakyat dibandingkan belanja persenjataan. Tapi, bagaimanapun tentara kan butuh latihan," katanya Sementara itu. Amerika Serikat rupanya tertarik dengan kualitas amunisi buatan Pindad. Tak tanggung-tanggung, industri senjata AS memesan satu juta butir peluru. "Karena Timur Tengah bergolak terus, industri mereka habis untuk suplai tentaranya. Padahal, ada klub klub menembak dan perorangan di AS yang butuh peluru." kata Direktur Utaanto Sudarsono.
Nilai transaksi ekspor tersebut mencapai USD 200.000. "Rencananya mereka memesan 10 juta butir amunisi buatan PT Pindad yang diproduksi di Malang, Jawa Timur. Namun, Pindad sementara ini hanya mampu memenuhi pesanan satu juta butir amunisi dulu," katanya.
Menurut alumni ITB itu. konflik di Timur Tengah memang jadi peluang tersendiri bagi Pindad. "Ini kesempatan buat kita, bukan berarti kita setuju perangnya, tapi dari sisi produksi." katanya.AS tak hanya pesan peluru. "Kalau Anda lihat list kebutuhannya lebih banyak dari permintaan TNI. Tapi, saya bilang ke mereka maaf kita konsentrasi dulu ke dalam negeri," kata Adik.
Pemasaran produk amunisi di AS amat menjanjikan. Permintaan amunisi untuk keperluan olahraga menembak di negeri Paman Sam itu sangat tinggi. "Klub olahraga menembak itu juga sempat melakukan survei ke sejumlah produsen senjata di beberapa negara. Namun, pilihan mereka akhirnya jatuh pada produksi Pindad," kata Adik.
Namun, PT Pindad masih kesulitan melayani pCSuuan amunisi dalam jumlah besar. Padahal, pabrik amunisi Pindad yang ada di Malang .desain menghasilkan 150 juta amunisi per tahun Selain pasar AS. Pindad juga rutin menerima pesanan dari negara-negara ASEAN. Prosedur ekspor Pindad memang dievaluasi setelah sempat ada insiden pengiriman senjata SS-1 ke Mali yang dihentikan pemerintah Filipina beberapa waktu lalu. Walaupun persoalan ekspor senjata ke Mali tersebut sudah tuntas, namun terkadang ada beberapa negara sahabat yang mengeluh.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More