Jumat, 10 Desember 2010

Beutiful story avhand


Kapan lagi kutulis untukmu, tulisan-tulisan indahku yang dulu, pernah warnai dunia, puisi terindah hanya untukmu, mungkinkah kau akan kembali lagi…..”
Sepenggal lirik lagu Jikustik-Puisi ini membuatku teringat ketika aku SMA dulu, aku yang sungguh bodoh dan lucu. Untuk menghindari fitnah dan kejadian yang enggak-enggak, nama-nama dan tokoh akan aku ubah (palsukan) tapi gak mengurangi inti dari ceritaku ini
Sebut saja Bunga, adik kelasku, tepatnya I-i. Aku bertemu dia kebetulan ketika waktu MOS (Masa Orientasi Siswa) berlangsung, aku waktu itu kebetulan jadi Pendamping Kelasnya selama 3 hari.
Ya karena mungkin aku yang iri sama teman-temanku yang kebanyakan sudah punya cewek, jadi aku sungguh sangat pengen punya cewek, siapapun lah, asal cantik. Nah, si Bunga ini kebetulan lumayan, ya aku mulai mendekati dia lewat jasa mak comblang, teman Bunga sendiri, Luna (bukan nama sebenarnya)
Karena keinginanku ini, frekuensi ketemuan antara aku dan Luna semakin banyak, kadang kita makan bareng setelah pulang sekolah, atau pagi2 ngomong2 di samping kelas, sekedar untuk mengetahui seorang Bunga itu gimana.
Mas, Bunga itu suka warna Biru lho…” kata Luna
Ohya? Sama donk, hehe… ohya Lun, besok pas aku nembak gimana? Aku orang yang agak grogi kalau ngomong seperti itu” curhatku pada Luna
Lewat surat saja Mas, jangan lupa pakai puisi, tapi jangan lupa sebelum kasih, kasihkan ke aku dulu, aku koreksi…” jelas Luna panjang lebar
Sementara aku hanya mengiyakan
Nah, semenjak hari itu, aku mulai mencari-cari puisi penembakan yang tepat, cari di internet-lah, cari di majalah remaja, atau dimana yang penting dapat. Dan Alhamdulillah… sebelum menentukan puisi yang tepat, aku konsultasi sama Guru Bahasa Indonesia, Bu Tutik.
Bu, ini puisi bagus yang mana, Bu?” kataku agak grogi
Buat siapa dulu?” Jawab Bu Tutik sambil minum teh hangat di mejanya
Ibu taulah kalau baca terlebih dahulu” jawabku singkat
Ini buatanmu sendiri?” tanya Bu Tutik lagi
Ya gitu de..” jawabku agak bangga, padahal ini aslinya dari majalah remaja
Bu Tutik membacanya, sesekali tersenyum dan memandangku, terus beliau menyampaikan satu kalimat yang gak akan pernah aku lupakan sepanjang hidupku, “kamu romantis ya, San?”
***
Tibalah hari penembakan, dan singkatnya aku gak diterima. Ya.. aku gak diterima, puas, puas, puas?? Tak sobek-sobek……
Dan hari pengembaraanku dimulai lagi, hari-hari mencari seorang bidadari dunia. Selama setelah kejadian itu sampai saat ini sudah ada 3 korban wanita yang mengarungi cinta denganku, yang pernah membaca puisi-puisi gombal yang aku adaptasi (adaptasi berarti gak menyontek lho…) dari majalah remaja.
Menariknya Luna, mak comblangku dulu adalah salah satu dari gadis itu… dan kini aku sudah sadar… tak lagi aku memikirkan pacaran walaupun disekitarku banyak yang melakukannya. Waktuku hanya untuk memikirkan bagaimana aku bisa survive di dunia. Dan memikirkan siapa istri alias calon pendampingku nanti….

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More